Assalamu'alaikum

header ads

Orang Yang Dijuluki Sebagai Luqman Si Bijak Dari Umat Ini

Allah subhanahu wa ta'ala mengabadikan kisah Lukman Al-Hakim ketika menasehati dan memberikan petuah-petuah bijaknya kepada anak beliau di Al-Qur'anul Karim. Luqman adalah seorang lelaki dari kalangan umat terdahulu sebelum umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Beliau dikenal sebagai orang yang bijaksana dalam berucap dan berbuat sehingga gelar Al-Hakim (yang bijaksana) melekat bergandengan dengan nama beliau.

Pembaca Alukatsir Blog yang dirahmati Allah, tahukah Anda bahwa ada seorang lelaki dari umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yang diberi julukan sebagai Lukman Al-Hakim (Si Bijak)? Siapakah beliau dan kelebihan apa yang dimilikinya hingga disebut-sebut dengan sebutan Lukmannya umat ini? Mari kita baca bersama penggalan kisah hidup beliau.

***


Nama beliau adalah Hatim bin Anwan (disebagian buku disebut 'Alwan) bin Yusuf Al-Balkhi. Kuniyah beliau adalah Abu Abdurrahman. Beliau berasal dari daerah yang bernama Balkh dan pernah tinggal beberapa waktu di kota Baghdad kemudian sempat bertemu dengan Imam Ahmad disana.

Kota Balkh sendiri adalah kota yang sangat terkenal di negeri Khurasan. Kota ini dekat dengan kota Turmudz (kota asal dari Imam Tirmidzi yang terkenal, Pen) sebagaimana dijelaskan oleh Yaqut Al-Hamawi (wafat 626 H) rahimahullah di buku beliau Mu'jamul Buldan (1/480).

Hatim memiliki empat isteri dan sembilan anak. Disamping memiliki kelebihan berupa sikap zuhud terhadap dunia, beliau juga orang yang pandai memberikan mau'idzah dan nasehat yang berisi petuah-petuah hikmah kepada orang lain.

Imam Adz-Dzahabi (wafat 748 H) rahimahullah ketika membawakan biografi Hatim Al-Asham di buku Siyar A'lamin Nubala (11/484-489), beliau memberikan sejumlah pujian kepada Hatim:

الزَّاهِدُ، القُدْوَةُ، الرَّبَّانِيُّ، أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَاتِمُ بنُ عنوَانَ بنِ يُوْسُفَ البَلْخِيُّ، الوَاعِظُ، النَّاطِقُ بِالحِكْمَةِ، الأَصَمُّ.

Seorang yang zuhud (terhadap dunia), panutan, seorang rabbani: dialah Hatim bin Anwan bin Yusuf Al-Balkhi. Orang yang pandai memberikan mau'idzah, memiliki untaian-untaian kata hikmah, dan digelari Al-Asham (tuli).

Al-Khatib Al-Baghdadi (wafat 463 H) rahimahullah ketika menyebutkan biografi Hatim di buku beliau, Tarikh Baghdad (9/149), beliau berkata:

Hatim bin Anwan Abu Abdurrahman Al-Asham (orang tuli), salah satu penduduk Balkh. Beliau dikenal luas sebagai orang yang zuhud dan tidak silau dengan kemewahan dunia. Disamping itu, beliau juga adalah orang yang sangat wara' dan tidak terlalu memperhatikan penampilan. Ucapan-ucapan beliau banyak ditulis di karangan-karangan yang bertemakan zuhud dan petuah hikmah.
 ***

Kedatangan Beliau Ke Kota Baghdad dan Perjumpaan Dengan Imam Ahmad

Ketika memasuki kota Baghdad untuk pertama kalinya, Hatim langsung serta merta dikerumungi para penduduk kota itu. Mereka yang pernah mendengar kemasyhuran beliau langsung melontarkan pertanyaan: "Wahai Abu Abdurrahman, bukankah Anda itu orang ajam (bukan arab), dan bukankah biasanya jika ada yang mengajak bicara, Anda akan memotong bicaranya guna bertanya makna dari kata yang dibicarakan (karena Anda belum memahami maknanya)?

Beliau pun menjawab: "Saya punya tiga kebiasaan yang membuat saya dapat mengungguli lawan bicara".

"Apakah ketiga hal itu?", tanya mereka serentak sambil tidak bisa menutup-nutupi rasa penasaran mereka.

Beliau menerangkan: "Saya akan sangat senang jika ternyata kebenaran ada di lawan bicara saya. Dan saya akan sedih jika ternyata dia keliru dan sayalah yang benar. Serta saya selalu menjaga diri untuk tidak meremehkan dan mengabaikan hal semacam tadi".

Kemudian ucapan beliau ini sampai ke telinga Imam Ahmad bin Hambal, beliau pun mengomentarinya: "Subhanallah, betapa matangnya cara berpikir orang yang disebutkan itu".

Abu Ja'far Al-Harawi rahimahullah bercerita tentang pengalaman beliau bersama Hatim Al-Asham, beliau berkata:

كنت مَعَ حاتم كر وَقد أراد الحج، فلما وَصل إِلَى بَغْدَاد قَالَ لي: يا أبا جَعْفَر أحب أن ألقى أَحْمَد بْن حَنْبَل، فسألنا عَنْ منزله، وَمضينا إليه، فطرقت عَلَيْهِ الباب، فلما خرج، قلت: يا أبا عَبْد اللَّهِ، أخوك حاتم، قَالَ: فسلم عَلَيْهِ وَرحب به، وَقَالَ له بعد بشاشته به أَخْبَرَنِي يا حاتم فيم التخلص من الناس؟

قَالَ: يا أَحْمَد فِي ثلاث خصال، قَالَ: وَما هي؟ قَالَ: أن تعطيهم مَالِك وَلا تأخذ من مالهم شيئا، قَالَ: وَتقضي حقوقهم وَلا تستقضي أحدا منهم حقا لك، قَالَ: وَتحتمل مكروههم وَلا تكره أحدا على شيء، قَالَ: فأطرق أَحْمَد ينكت بأصبعه على الأرض، ثُمَّ رفع رأسه، ثُمَّ قَالَ: يا حاتم إنها لشديدة، فَقَالَ له حاتم: وَليتك تسلم، وَليتك تسلم، وَليتك تسلم.

"Saya pernah menemani Hatim dan beliau bermaksud pergi haji. Ketika sampai ke kota Baghdad, ia mengatakan kepadaku: wahai Abu Ja'far, Saya sangat ingin berjumpa dengan Ahmad bin Hambal".

Lantas kamipun bertanya ke orang-orang tentang rumahnya sampai kami tiba disana. Setelah sampai, kami ketuk pintu rumahnya. Ketika Imam Ahmad membuka pintu dan keluar, Saya pun berkata: wahai Abu Abdillah (Imam Ahmad), ini ada saudaramu, Hatim, datang berkunjung.

Maka beliau pun langsung menyambut dan mengucapkan salam kepada tamu beliau tersebut. Sesaat setelah sambutan hangat tadi, Imam Ahmad melontarkan sebuah pertanyaan kepada Hatim. "Wahai Hatim, beritahukan kepadaku bagaiamana caranya agar bisa terbebas dari (gangguan) orang-orang?", tanya Imam Ahmad kepada Hatim.

Beliau menjawab: "Wahai Abu Abdillah, itu dengan tiga cara, yaitu: Engkau berikan sebagian hartamu untuk mereka dan jangan mengambil sedikitpun dari harta mereka. Engkau tunaikan hak-hak mereka dan tidak perlu memperkarakan mereka untuk menunaikan hakmu. Engkau bersabar atas gangguan mereka dan jangan mengganggu mereka dalam hal apapun".

Setelah beberapa saat tertunduk menyimak penjelasan Hatim, Imam Ahmad mengangkat wajah beliau sembari berkomentar: "Wahai Hatim, hal yang semacam itu sungguh berat (untuk dilaksanakan)". Dan Hatim pun menimpali: "Semoga Engkau berhasil, semoga Engkau berhasi, dan semoga Engkau berhasil".

Tidak disebutkan di dalam buku-buku tarajim (bioragrafi) tentang tanggal lahir Hatim Al-Asham. Beliau wafat di kota Wasyajird (dekat daerah Turmudz dan Syuman) pada tahun 237 H sebagaimana diterangkan di dalam buku Siyar A'lamin Nubala karangan Adz-Dzahabi dan Al-A'lam (2/142) karangan Az-Zarkali (wafat 1396 H).

***

Sebab Pemberian Julukan Al-Asham Kepada Hatim

Pertama, Hatim bukanlah orang yang lemah pendengerannya, apalagi tuli. Beliau digelari dengan sebutan Al-Asham (si tuli) setelah kejadian yang terjadi antara beliau dengan seorang wanita yang pernah datang kepada beliau untuk bertanya sebuah pertanyaan agama.

Pembaca Alukatsir Blog yang dimuliakan Allah, berikut ini detail kejadian yang pada akhirnya membuat gelar Al-Asham melekat erat dengan nama Hatim walaupun beliau tidak tuli sama sekali:

Al-Khatib Al-Baghdadi rahimahullah membawakan kisah tentang Hatim yang kemudian dijuluki sebagai Hatim Al-Asham dari Abu Ali Hasan bin Ali Ad-Daqqaq bahwa beliau bercerita:

جاءت امرأة، فسألت حاتما عَنْ مسألة، فاتفق أنه خرج منها فِي تلك الحالة صوت فخجلت، فَقَالَ حاتم: ارفعي صوتك، وَأرى من نفسه أنه أصم، فسرت المرأة، لذلك، وَقالت: إنه لم يسمع الصوت، فغلب عَلَيْهِ اسم الصمم.

Dulu ada seorang perempuan datang dan bertanya kepada Hatim tentang sebuah permasalahan. Tatkala asik bertanya, tiba-tiba ada suara (kentut) yang keluar dari perempuan tadi. Jelas saja, ia sangat malu saat itu. Tetapi Hatim justru berucap: "Coba keraskan suaramu!", beliau berpura-pura kurang mendengar jelas di hadapan perempuan tersebut (sekira ia tidak malu dengan suara kentutnya yang tidak sempat dikontrolnya sehingga keluar lepas, Pen).

Sontak saja perempuan itu gembira mendapati hal itu (bahwa Hatim lemah pendengarannya) dan bergumam: "(Ternyata) dia tidak mendengar suara itu (baca: kentut)". Hingga akhirnya kata tuli melekat erat kepada beliau. 

Kisah diatas juga dibawakan Ibnu Khallikan Al-Barmaki (wafat 681 H) di buku beliau Al-Wafayatul A'yan (2/26-29).

***

Hatim Adalah Luqmannya Umat Ini
Hatim Al-Asham juga digelari Luqmannya umat ini. Hal itu dikarenakan beliau banyak mengeluarkan kata-kata hikmah dan petuah-petuah indah yang mengingatkan orang-orang agar mendekat kepada Allah dan kehidupan akhirat.

Sebagian penulis buku tarajim yang membawakan biografi beliau seperti Al-Khatib, Ibnu Khallikan, dan Az-Zarkali, mereka menyebutkan bahwa Abu Bakr Al-Warraq berkata: "Hatim Al-Asham adalah Luqmannya umat ini".

Begitu pula Imam Adz-Dzahabi di dalam Siyar A'lamin Nubala, beliau menyebutkan hal yang sama:

كَانَ يُقَالُ لَهُ: لُقْمَانُ هَذِهِ الأُمَّةِ.

"Disebutkan bahwa beliau digelari Luqmannya umat ini".

***

Diantara Petuah-Petuah Hikmah Hatim

Pembaca Alukatsir Blog yang dirahmati Allah, berikut ini sejumlah petuah hikmah Hatim Al-Asham, orang yang dijuluki sebagai Luqmannya umat ini:

Pertama: Beliau pernah ditanya tentang cara beliau bisa begitu tenang dan sangat bertawakkal kepada Allah. Beliau pun mengungkapkan rahasianya:

Itu dicapai dengan 4 hal: Aku mengerti betul bahwa rezekiku tidak akan direbut orang lain sehingga aku bisa tenang dalam hal ini. Aku mengerti bahwa amal perbuatanku tidak bisa dikerjakan oleh orang lain sehingga aku pun menyibukkan diri dengan beramal sebanyak mungkin. Aku mengerti bahwa kematian pasti datang dan bisa kapan saja sehingga aku bersiap menjemputnya sedari awal. Aku juga memahami bahwa diriku tidak terlepas dari mata dan pengawasan Allah sedetik pun sehingga akupun sangat malu kepadaNya (jika berbuat dosa).
Kedua: Beliau pernah berpesan: "Siapa saja yang bisa istiqamah dalam empat hal maka dia tetap diliputi kebaikan: memperdalam ilmu agama, bertawakkal, memurnikan ibadah hanya untuk Allah semata, dan berusaha mengenal Allah".

Ketiga: Syaqiq sempat menanyai Hatim, "semenjak kamu berteman denganku, apa yang dapat kamu pelajari? Maka Hatim pun menjawab dengan 6 hal:

Aku melihat orang-orang banyak yang ragu dalam hal rezeki sehingga aku berusaha untuk tetap berada di jalur tawakkal kepada Allah karena Allah telah berfirman: "Dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang menjamin rezekinya". [QS. Hud: 6]

Aku mendapati bahwa setiap orang memiliki teman dekat yang dia bisa menyampaikan rahasia-rahasianya dan keluh kesahnya kepadanya, maka akupun lebih memilih kebaikan sebagai teman dekatku supaya ia bisa menemaniku nanti di hari perhitungan dan supaya ia bisa menemaniku untuk melewati shirath (jembatan menuju Surga).

Aku meyakini bahwa setiap orang mempunyai musuh. Siapa saja menggibahiku maka aku tidak menganggapnya sebagai musuhku. Siapa saja mencuri sesuatu dariku maka ia bukan juga musuhku. Musuhku yang sebenarnya adalah orang yang ketika melihatku dalam ketaatan, ia malah mengajakku bermaksiat kepada Allah; itulah Iblis dan para tentaranya sehingga akupun menjadikan mereka musuhku dan memerangi mereka.

Aku percaya bahwa setiap orang pasti ada yang menguntit di belakangnya, yaitu malaikat maut, sehingga aku betul-betul mempersiapkan diri untuk kedatangannya.

Aku perhatikan orang-orang di sekitarku, ada yang ku sukai, adapula yang ku benci. Akan tetapi, orang yang aku sukai justru tidak memberikanku apa-apa, sedang orang yang ku benci juga tidak mengambil apapun dariku. Lantas akupun berpikir dari mana datangnya ini semua? Kemudian ku dapati itu berasal dari hasad hingga aku pun berusaha membuangnya jauh-jauh dan berupaya menyukai semua orang. Apapun yang aku tidak rela terjadi padaku maka aku juga tidak rela jika itu terjadi pada orang lain.

Aku percaya bahwa setiap orang memiliki rumah dan tempat singgah. Sedang aku melihat tempat singgahku yang hakiki adalah kuburanku. Oleh karena itu, segala bentuk kebaikan yang aku mampu lakukan niscaya aku akan melakukannya sekira kuburanku nanti nyaman.

Setelah menyimak dengan seksama penjelasan Hatim, Syaqiq pun menimpali: "Teruslah seperti itu!".

Keempat: Hatim juga pernah berkata: "Seorang mukmin itu tidak akan pernah luput dari 5 hal: dari Allah, takdir, rezeki, kematian, dan syaitan".

Kelima: Hatim Al-Asham ketika ditanya bagaimana beliau tetap tenang dan mendapati jalan keluar dari setiap kesulitan yang menimpanya tanpa bekal apapun, beliau pun menyanggah dan menjawab:

بل أجوزها بالزاد، وإنما زادي فيها أربعة أشياء، قال: وما هي؟ قال: أرى الدنيا كلها ملكاً لله، وأرى الخلق كلهم عباد الله وعياله، والأسباب والأرزاق بيد الله، وأرى قضاء الله نافذاً في كل أرض لله؛ فقال له الرجل: نعم الزاد زادك يا حاتم؛ أنت تجوز به مفاوز الآخرة.

Justru aku melewatinya dengan bekal dan ada empat hal didalam bekalku tersebut.
"Apa saja keempat hal itu?", beliau kembali ditanya.

Beliau menjawab: "Aku memandang seluruh dunia ini adalah kepunyaan Allah dan semua manusia itu adalah hamba-hamba Allah. Segala sebab dan semua rezeki berada di tangan Allah. Aku juga mempercayai ketetapan Allah pasti terlaksana di setiap bumi Allah.

Kemudia ada yang menimpali beliau: "Sebaik-baik bekal adalah bekalmu wahai Hatim; Engkau akan berhasil melewati kesulitan-kesulitan akhirat dengannya nanti".

Keenam: Beliau juga menegaskan perihal ketidakkhawatiran beliau terhadap rezeki, beliau berkata: "Aku punya 4 isteri dan 9 anak, setan tidak akan mampu membuatku ragu sedikitpun akan rezeki mereka".

Ketujuh: Ketika ditanya tentang tingkatan zuhud, beliau menerangkan: "Puncaknya adalah percaya dan bersandar sepenuhnya kepada Allah. Tengahnya adalah sabra. Dan ujungnya adalah keikhlasan".

***

Pembaca Alukatsir Blog yang dirahmati Allah, itulah tadi beberapa contoh dari petuah hikmah dan untaian kata bijak dari orang yang dijuluki Luqmannya umat ini, Hatim Al-Asham Abu Abdurrahman. Semoga kita semua bisa terinspirasi dan termotivasi dari sepenggal kisah hidup yang luar biasa dari beliau, terlebih yang berkaitan dengan keyakinan dan tawakkal kepada Allah dalam rezeki dan selainnya.

Demikian artikel kali dan semoga bermanfaat untuk saya dan segenap Pembaca Alukatsir Blog. Wassalam.

Diringkas dan disusun oleh Syadam Husein Al-Katiri dari buku-buku berikut:
-Tarikhul Baghdad karya Al-Khatib Al-Baghdadi (9/149).
-Wafayatul A‎'yan karya Ibnu Khallikan Al-Barmaki (2/26-29).
-Siyar A'lamin Nubala karya Adz-Dzahabi (11/483-489)
-Al-A'lam karya Az-Zarkali (2/152).
-Mu'jamul Buldan karya Yaqut Al-Hamawi (1/480).


Posting Komentar

0 Komentar